Hands of FREIENDSHIP

Hands of FREIENDSHIP
L.O.V.E

Sabtu, 01 Oktober 2011

Tapi Bukan Aku (Part 2)


Masalah itu masih berlanjut sampai sekarang. Aku seorang Ovi, yang masih mengharapkan cinta seorang Yudha. Perlahan melepasmu adalah hal yang paling berat saat ini. Apalagi ketangan orang lain. Tapi, sebagai individu yang perseptif, kamu bisa melihat diriku yang sesungguhnya. Aku tak berdaya terhadapmu. Pahamilah analogiku. Aku pernah bilang pada Caca “Sudah, ga’ apa. Ambil saja…” walaupun sesungguhnya menusuk. Caca mungkin berpikiran, apakah aku sudah ikhlas melepas Yudha? Tentu jika boleh menjawab, aku jawab TIDAK.
Kamu pemuda berambut pendek, bersenyum menawan dan matanya bersinar. Itu adalah fisik yang aku ketahui. Aku belum terlalu paham hatimu. Aku tidak tahu apa yang sedang aku rasa. Aku bahagia, aku sedih, aku bimbang, aku belum tahu. Aku tidak tahu pasti, mengapa Yudha “mengacangi” aku, setiap aku ada. Aku hanya ingin katakan “Tolong! Kenali aku”.
Kristi akhirnya berada di pihakku. Dia adalah sahabat Caca. Satu langkah maju, untuk mengenal Yudha, walau itu adalah hal konyol. “Aku kurang apa? Ada yang salah denganku?” curhatku pada Kristi. “Sabar. Mau kau balas Caca?”tanyanya. “Tentu tidak. Aku tidak mau menusuk orang dari belakang.”kataku. “Andai saja, Yudha mau mengenalmu. Kamu humoris dan pintar. Dia saja yang sok jual mahal.”kata Kristi. Sejenak aku ingin melupakan Yudha. Tapi tetap tidak bisa!
Aku salah apa? Ada yang tidak beres dengan aku? Aku bingung! Aku tak tahu apa penyebabnya setiap ada aku, Yudha selalu “mengacangiku”. Aku juga tidak pernah menyimpan dendam atau pun apalah kepada Caca. Meski kelihatannya ikhlas melepas, tapi di dalam terasa sakit. Aku tidak bersikap munafik. Aku sudah mencoba berbagai cara untuk mengenalnya! Tapi, apa balasannya?
Aku juga tidak bermaksud merusak persahabatan Caca dan Kristi. Inisiatif Kristi sendiri untuk membantuku. “Mungkin! Bukan sesuatu yang mustahil, kamu mengenal Yudha. Sayangnya dia sok jual mahal. Yang mustahil, bila aku berpacaran dengan Aldi. Itu baru mustahil. Kurasa jika Yudha mau, dia pasti akan berkenalan denganmu.” ucap Kristi. Sering kali aku hanya terdiam saat Kristi berucap itu. Itu KONYOL!
Oviiiiiii, jangan mencari pembenaran dalam dirimu, biarkan saja. Itu kata-kata yang selalu aku renungkan. Manusia memang tidak ada yang sempurna. Aku mengerti hal ini. Aku harus segera merasa bahagia. Kalau tidak, aku akan terperangkap dalam depresi lagi. Yudha tidak pantas untuk terlalu disedihkan. Tapi mau apa lagi? Aku terlanjur cinta.
Terperangkap dalam cinta, memang tidak enak rasanya bila itu setengah hati. Juga, tak akan mungkin aku mengenalnya, bila sikapnya terus seperti itu. Air mataku mengalir deras, masuk ke dalam mulut. Penuh penyesalan dan rasa malu. Rasa-rasanya aku tak bisa berpikir jernih hari itu, hanya untuk Yudha. Aku terlalu mencintainya!
Ada yang tahu perasaanku? Mungkin tidak ada. Kristi yang sudah agak lama dekat denganku pun, dia tak tahu. Depresi tentang cinta! Ya, mungkin itu yang tepat saat ini. Mungkin aku tak akan bisa menjadi seperti yang engkau minta. Namun, selama nafasku masih terhembus, aku akan mencoba menjadi seperti yang engkau pinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar